Bitung, MN – Jaringan internet yang tidak stabil menjadi momok menakutkan bagi semua sekolah penyelenggara Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) tingkat SMK di Kota Bitung, yang digelar serentak, hari Senin (3/4-2017).
Kekuatiran itu terbukti terjadi di hari pertama UNBK di SMK Negeri 5 Aertembaga. Ketika Walikota Bitung sedang mengadakan dialog jarak jauh (teleconference) dengan Gubernur Sulawesi Utara, Olly Dondokambey di Manado, tiba-tiba gambar di layar hilang alias blank. Spontan panitia UNBK SMKN 5 dan sejumlah petinggi pendidikan terlihat kalang kabut.
Terputusnya jaringan internet ini, mengakibatkan pelaksanaan UNBK sempat molor setengah jam. Ternyata petugas penyedia jaringan menemukan kabel jalur internet terputus akibat tertimpa pohon roboh.
Sejumlah Kepala Sekolah lainnya juga mengaku sangat kuatir, apabila terjadi gangguan jaringan internet saat siswa sedang menjawab soal lewat komputer.
Kepsek SMK Pelita Bahari, Rex Mandagi, SE,MAP kepada ManadoNews.co.id mengemukakan pihaknya terpaksa harus menyediakan fasilitas jaringan internet cadangan untuk mengantisipasi gangguan.
“Kami sudah membeli modem dengan kartu berpulsa data cadangan. Itu untuk menjaga apabila jaringan internet lewat kabel terputus atau mengalami gangguan saat ujian berlangsung”, jelas Mandagi.
Ia mengatakan pihaknya tidak mau ada kegagalan dalam UNBK, apalagi saat ini ada 89 siswa yang ikut ujian di SMK Pelita Bahari. Ia optimis seluruh siswanya lulus 100 persen seperti dalam UNBK tahun 2016 lalu.
Tahun ini ada 14 sekolah Sekolah Menengah Kejuruan di kota Bitung yang ikut Ujian Nasional. Namun menurut Kepala Dinas Pendidikan Kota Bitung, Julius Ondang, hanya 12 sekolah yang memakai basis komputer atau UNBK.
Hal ini disebabkan ada 2 sekolah yang memiliki ratusan siswa kelas 3 belum memiliki komputer, jaringan internet serta aliran listrik PLN. Dua sekolah itu adalah SMK Negeri 6 di Sagerat Weru 2 kecamatan Matuari dan SMK Nusantara di Kadoodan.
Dua sekolah ini terpaksa harus menggelar Ujian Nasional secara konvensional menggunakan kertas dan pensil. Artinya siswa harus membaca dan menjawab soal di atas kertas. Usai ujian, Lembar Jawaban Komputer akan dikumpulkan untuk discan di kantor Diknas propinsi.
Kepala Sekolah SMKN 6, Willy Kojongian, mengaku sekolahnya memang memiliki siswa peserta Ujian Nasional cukup banyak, tetapi fasilitas jaringan listrik PLN belum ada, apalagi komputer. “Sudah sejak 3 tahun lalu kami bermohon agar jaringan listrik bisa masuk, tetapi hingga kini tak kunjung ada respon positif”, ujarnya.
SMKN 6, menurut Kojongian dapat dikategorikan sebagai ‘sekolah perjuangan’, karena semua guru dan siswanya setiap hari berjuang datang ke sekolah yang lokasinya ‘di tengah hutan’.
Ujian Nasional SMK akan berlangsung 4 hari hingga 6 April. Hari pertama mata pelajaran ujian adalah Bahasa Indonesia disusul Matematika di hari kedua, kemudian Bahasa Inggris dan Teori Kejuruan pada hari terakhir. (Jef)