Sulut, MN – Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey dalam presentasenya saat menjadi pembicara di kegiatan tingkat internasional yaitu Manado International Conference on Tourism Investment (MIC-TI) yang digelar oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal dan didukung oleh Kementerian Pariwisata, Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, Pricewaterhouse Coopers yang di hadiri perwakilan dari 17 Negara beserta 287 peserta pelaku usaha diberbagai bidang, baik kesehatan, pendidikan, ekonomi perdagangan, serta pariwisata yang bertempat di Hotel Sintesa Peninsula Manado, Rabu (24/05) tadi selain menguraikan angka-angka hasil capaian ditingkat perekonomian, kesejahteraan masyarakat dan daerah, Gubernur juga menerangkan rencana maupun sejumlah pelaksanaan proyek strategis nasional dan provinsi di Sulawesi Utara.
“Umur harapan hidup meningkat terus 70 sampai 89 tahun, angka buta huruf sudah manurun dimasyarakat Sulut atau 63 persen yang artinya tinggal sedikit. Kunjungan wisatawan pada tahun 2016 selama 6 bulan bekerja atau mulai bulan Juni sampai Desember berkisar 48.288 orang, untuk wisatawan Nusantara/Domestik naik 1000 persen, jadi 1444 orang sehingga dari laporannya bandara kita menampung arus bolak balik sampai 3 juta lebih, UMP di Sulut Rp2,598 (Dua Juta Lima Ratus Sembilan Puluh Delapan Ribu Rupiah) mungkin termasuk tinggi dari beberapa provinsi di Indonesia,“ kata Gubernur.
Untuk di sektor Pariwisata kata Olly, terdapat wisatawan dari sejumlah negara seperti, Tiongkok (Cina), Jerman, Inggris, Australia dan Belanda.
“Paling banyak itu memang dari Tiongkok. Dibulan terakhir kemarin ada rombongan dari Negara Norwegia dan Prancis (grup-grup kecil)” ungkapnya.
Lanjut Gubernur, juga di Sulawesi Utara terdapat 6 proyek prioritas strategis nasional diantaranya, Bendungan Lolak Kabupaten BolMong yang diperkirakan tahun 2018 akhir selesai, Bendungan Kuil Kabupaten Minut tahun 2019 selesai, dimana peruntukannya sebagai pengendalian banjir Manado, pemanfaatan Sumber Daya Listrik, dan sebagai cadangan air bak Kota Bitung dan Manado. Proyek jalan Tol Manado Bitung, proyek ini diperkirakan selesai akhir tahun 2018 sehingga pada tahun 2019 penggunaannya untuk Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Bitung.
“Proyek intenasional Hub Port Bitung, ini sudah ditangani Pelindo IV dan sudah berjalan dan sudah dibuka untuk pelabuhan langsung Internasional Philipina Davao-Bitung. Pemanfaatan ini regulernya 2 minggu sekali berjalan, dengan anggaan Rp400 miliar termasuk perizinan menggunakan dana dari Pelindo IV. Sementara itu KEK Bitung, Kepresnya sudah ada luas 592 hektar dengan pengembangan reklamasi pantai dengan komposisi luas sampai 2000 hektare dan ini kawasan yang sangat baik untuk para investor ke KEK sebagian sudah terbuka dan tinggal menunggu regulasi lain dari pemerintah pusat. Dimana yang terakhir, jalan penghubung Provinsi Gorontalo Manado melalui pantai Selatan sehingga ini memudahkan arus barang dari Gorontalo ke pelabuhan Bitung,” jelas Olly.
Kemudian juga ada usulan program prioritas Pemrintah provinsi Sulut, untuk pengembangan bandara Sam Ratulangi dengan mendorong Hubpront dan perluasan bandara bertambah. Pembangunan jalur rel kereta api Manado Bitung yang telah masuk program nasional.
“Tahap pembebasan lahan sudah berjalan, FS-nya juga sudah selesai dan mudah-mudahan ini jadi peluang bisnis bagi investor yang mau masuk di jalur kereta api dari Manado-Bitung sampai Sulawesi Selatan rencananya. Jadi pembangunannya baik dari Sulawesi Selatan juga dari Sulut dibangun, asal pembebasan lahan sudah dilakukan pemerintah. Begitupun dengan KEK pariwisata di Likupang (Minahasa Utara), kawasan ini pemerintah mempunyai lahan 1000 hektare diarah pantai, dengan didorong dengan pembangunan jalur infrastruktur jalan baru menuju kawasan pariwisata Likupang. Kalau sekarang dari Manado masih menggunakan jalan lama memakan waktu hampir satu jam lebih, kalau yang baru nanti hanya perlu 30 menit itu sudah akan sampai,” jelas Gubernur, sembari mengatakan pemerintah akan membuat Tram dalam Kota Manado (sepanjang pantai Manado dari daerah Wori sampai Tateli) evestnya ini sedang ada kerjasama dengan Dinas Perhubungan Kota Manado yang mudah-mudahan tahun ini bisa selesai.
“Manado Ringroad 3, jalurnya dari Bandara sampai daerah Tateli tahun ini sudah pembebasan lahan, sehingga kemacetan dalam Kota Manado, atau akan lewat pesisir bagi jalur Gorontalo, Kabupaten Minahasa Selatan menuju Bandara bisa langsung ke pesisir (Ringroad 3). Selanjutnya kita akan membangun/pengembangan TPA regional ada 3, Kota Manado, Bitung, dan Kabupaten Minahasa Utara juga Minahasa sudah ada MoU bersama dengan Pemprov Sulut untuk membangun TPA di Minut, sehingga TPA ini juga bisa bermanfaat untuk penambahan daya listrik di Kota Manado dan sekitarnya, lokasinya sudah ada tinggal investornya, kalau untuk evesnya dari Departemen PU PR sudah turun dananya dan tinggal dikerjakan. Kita sudah bermitra melalui BUMD dengan investor untuk membangun TPA ini,” ujar Olly.
Adapun untuk pengembangan bendungan Sawangan yang masuk dalam tahap lanjutan, karena bendungan ini sebagai penampung air untuk pengendalian banjir ke Kota Manado yang direncanakan mulai tahun 2018.
“Saya kira itu merupakan proyek strategis Nasional dan daerah dari jangka waktu dari tahun 2017 sampai 2019. Mudah-mudahan hal-hal ini dan rencana kita bersama bisa berjalan dengan baik. Dengan kedatangan bapak ibu ke Indonesia khususnya di Sulawesi Utara untuk melihat langsung potensi alam dan sumber daya manusia bisa dimanfaatkan untuk pengembangan investasi,” tutup Gubernur sembari mengucapkan selamat datang atas nama pemerintah dan masyarakat Sulawesi Utara.
Dalam kegiatan yang digelar Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) RI bersama Kementerian Pariwisata, Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, Pricewaterhouse Coopers, Broadway Malyan dan International Reseach Development Indonesia itu telah menghasilkan kesepakatan bisnis senilai USD 400 juta setara dengan Rp 5,2 triliun (asumsi kurs rupiah Rp 13.000 per dolar AS). Kesepakatan tersebut terdiri dari kerjasama bisnis yakni kerjasama investasi antara PMA Tiongkok dengan perusahaan Indonesia terkait pembangunan di Manado Selatan untuk hotel, apartemen, shopping mall dan diving center senilai USD 200 juta dan penyerahan izin perluasan investasi kepada PMA Amerika Serikat terkait akomodasi cottage dan pariwisata di Raja Ampat senilai USD 200 juta. Selain itu, juga ditandatangani kerjasama antara Dalian Maritime University (Tiongkok) dengan 5 universitas di Indonesia (ITB, Universitas Sam Ratulangi, Politeknik Negeri Manado, Universitas Hasanuddin dan Universitas Negeri Manado).
Kepala BKPM RI, Thomas Lembong mengemukakan bahwa kesepakatan bisnis yang dihasilkan merupakan salah satu bukti nyata menggeliatnya investasi di sektor Pariwisata di Indonesia.
“Dua kesepakatan bisnis serta satu kesepakatan terkait dengan pendidikan tersebut merupakan bukti nyata upaya pemerintah untuk meningkatkan investasi di sektor pariwisata dan maritim,” ungkapnya sembari menambahkan nilai yang dihasilkan oleh kesepakatan bisnis tersebut diluar dari kesepakatan yang dapat diperoleh dalam kegiatan one on one meeting yang hingga kini telah terkonfirmasi diikuti oleh 37 perusahaan dari Tiongkok, Jepang, Singapura, Australia, Persatuan Emirat Arab, dan Korea Selatan.
“Dalam forum one on one meeting mereka akan dipertemukan dengan perusahaan maupun pemerintah daerah secara langsung untuk membahas mengenai minat investasi mereka,” ujar Lembong.
Selain itu, katanya terdapat 7 perwakilan kedutaan besar serta asosiasi bisnis asing dari Tiongkok, Thailand, Australia, dan Jepang yang juga akan memanfaatkan kesempatan one on one meeting dengan berbagai pihak terkait investasi pariwisata di Indonesia.
“Kegiatan Invest Manado bertujuan untuk memberikan gambaran destinasi investasi di Sulawesi Utara sekaligus mempopulerkan tujuan pariwisata di Manado,” tandasnya.
Sementara Menteri Pariwisata RI, Arief Yahya menjelaskan bahwa khusus Sulawesi Utara isu konektifitas menjadi penting untuk menopang pertumbuhan sektor pariwisata. “Isu konektifitas tersebut menyangkut One Belt One Road (OBOR) yang dicanangkan oleh Presiden Xi Jinping yang didalamnya terdapat empat komponen utama yakni kawasan industri, pembangunan kota baru, pembangunan airport dan pelabuhan baru serta destinasi pariwisata,”terang Arief..
Dirinya pun menilai potensi konektifitas tersebut akan sangat besar apabila dapat dikapitalisasikan dalam suatu proyek investasi bersama baik dengan Tiongkok maupun dengan investor dari negara-negara lainnya.
“Contohnya untuk rute kapal pesiar (Cruise Ship) bisa dikembangkan dari Bali ke Mandalika, Labuan Bajo, Wakatobi, Banggai, Toegan, kemudian ke Bunaken, selanjutnya Morotai, Raja Ampat dan terakhir di Tual,” ungkapnya.
Senada itu melaui Staf Ahli Menteri Perhubungan RI, Wihana Kirana Jaya menyampaikan bahwa lima isu strategis yang saling terkait dalam melakukan sinergi konektifitas dan pariwisata di Sulawesi Utara.
“5 isu itu diantaranya, perekonomian global, perekonomian Indonesia, konektifitas, sektor pariwisata serta destinasi pariwisata yang dapat diakses dengan mudah” kata Wihana.