AMURANG, MANADONEWS – Walaupun sebelumnya sudah ditetapkan pengucapan syukur Minsel tanggal 16 Juli, tapi pelaksanaan pengucapan syukur Kabupaten Minahasa Selatan dipastikan dirubah dan jatuh pada tanggal 9 Juli 2017. Perubahan tanggal ini dilakukan atas kebijakan Bupati setelah mendengar aspirasi masyarakat.
Hal ini ditegaskan oleh Bupati Minahasa Selatan Christiany Eugenia Paruntu melalui Kabag Humas dan Protokoler Setdakab Henri Palit, SH.
“Iya benar pengucapan syukur untuk Kabupaten Minsel sudah pasti dilaksanakan pada tanggal 9 Juli. Memang sebelumnya dalam rapat Pemerintah Kabupaten dengan Presidium BKSAUA telah ditetapkan pengucapan syukur Kabupaten Minsel pada tanggal 16 Juli, tapi saat ini dipastikan pengucapan syukur jatuh pada tanggal 9 Juli,” jelasnya.
“Saya sebagai Bupati mengambil kebijakan untuk melakukan perubahan tanggal pelaksanaan pengucapan syukur. Ini dilakukan setelah saya mendengar dan memperhatikan aspirasi yang berkembang di tengah-tengah masyarakat. Maka diputuskan untuk pelaksanaan pengucapan syukur dirubah dari tanggal 16 Juli menjadi tanggal 9 Juli 2017,” tutur Bupati Tetty Paruntu.
Bupati mengharapkan dengan adanya perubahan ini sudah tidak terjadi polemik di masyarakat terkait tanggal pelaksanaan pengucapan syukur.
Selain itu Bupati juga menambahkan kiranya pelaksanaan pengucapan syukur ini penuh dengan kesederhanaan dan menjauhi pesta pora serta pemborosan.
“Saya menghimbau kepada seluruh Camat, Hukum Tua/Lurah kiranya tetap dapat menjaga kerukunan, kekompakan, keamanan serta ketertiban yang sudah tercipta,” kata Bupati lagi.
Sementara itu warga Minsel yang berada di luar daerah menyambut antusias tentang perubahan tanggal pelaksanaan pengucapan syukur ini. Mereka salut dan mengucapkan terima kasih atas inisiatif dari Bupati.
“Kami mengucapkan terima kasih kepada Bupati Tetty Paruntu yang sudah mendengarkan keluhan kami tentang pelaksanaan pengucapan syukur. Dengan perubahan tanggal ini kami bisa melaksanakan pengucapan syukur di kampung halaman kami,” ungkap Nita Sarajar dan Lucky Weol, warga Minsel yang bekerja di Ambon dan Papua, senada.
(Devi. Karamoy)