Berita TerbaruBerita UtamaEkonomi & Bisnis

Bedah Buku Budaya Minum Berlangsung Menarik, Hadirkan Berbagai Pembicara

×

Bedah Buku Budaya Minum Berlangsung Menarik, Hadirkan Berbagai Pembicara

Sebarkan artikel ini

Manado – Cap tikus merupakan salah satu dari 3 produk andalan Sulut yang dikenal disamping ikan roa dan klapertaart.

Kini pun produk Cap Tikus sudah ada yang legal dan bisa dibawa sebagai buah tangan yakni produk Cap Tikus 1978 dan Daebak Soju yang diproduksi oleh PT. Jobubu Jarum Minahasa, di samping juga ada produk lainnya dari bahan air nira ini yakni Wangae.

MANTOS MANTOS

“Cap Tikus 1978 yang kini sudah legal dan yang membanggakan mampu mengangkat kesejahteraan bagi 30.000 petani, dan ini sasaran kita yang utama,” ungkap Nicho Lieke Owner Cap Tikus 1978 beberapa waktu lalu.

Terkait minuman beralkohol maka berlokasi di Kantor LBH Manado digelar bedah buku budaya minum di Indonesia karya Raymond Menot dan diskusi publik cap tikus sebagai kearifan lokal serta sumberdaya ekonomi di Minahasa, Selasa (2/7/2022).

Tampil sebagai pembicara Sandra Rondonuwu, anggota DPRD Sulut, yang dikenal terus memperjuangkan kesejahteraan para petani cap tikus dan sementara saat ini dalam penggodokan Perda terkait minimal beralkohol.

Dalam pemaparannya Sandra Rondonuwu mengatakan bahwa sering terjadi tindakan kriminal selalu dihubungkan dengan pengaruh miras atau cap tikus padahal ada banyak juga yang tidak dan menurutnya hal ini wajar menjadi perdebatan.

Baca Juga:  Kapolsek Pineleng dan Tombulu Silaturami dan Beri Ucapan HUT TNI ke-79 di Koramil Pineleng

Namun dikatakan Sandra Rondonuwu bahwa kita harus melihat fakta bahwa dengan menjadi petani cap tikus mereka ternyata mampu menghasilkan generasi sukses dimana yang sekarang anak anak petani Cap Tikus memiliki jabatan dan punya kemampuan dan berhasil di berbagai bidang.

“Saya mendorong pemerintah agar segera membuat pergub, sambil kami di dewan sedang mengerjakan dan mengupayakan perda tentang hal ini,” ujar Sandra Rondonuwu yang juga Ketua Komisi 2 DPRD Sulut.

Sementara Nono Sumampouw seorang antropolog dalam pemaparan awalnya menyampaikan bahwa budaya minum di Minahasa adalah sebuah budaya yang baik dimana orang Minahasa terbiasa menggunakan alkohol untuk bekerja dan kesehatan.

“Adanya buku Budaya Minum ini untuk membuka cara berpikir kita agar tidak salah menanggapi tentang minuman keras,” tukas Sumampouw.

Acara diskusi ini dipandu moderator Satryano Pangkey, SH, Kepala Operasi LBH/YLBH Manado dan dihadiri para generasi muda dan kaum yang peduli dengan minuman beralkohol ini.

Baca Juga:  Rutan Malendeng Jalankan Instruksi Presiden Prabowo Tingkatkan Pembinaan Kerohanian Warga Binaan

Sementara itu penulis buku Budaya Minum Raymond Menot mengatakan bahwa ada beberapa hal terkait buku ini di antaranya 3 fungsi yakni Fungsi adaptasi, Fungsi religi, dan Fungsi seremonial dalam hal perayaan perayaan di Minahasa.

“Buku ini sangat baik untuk kita belajar tentang budaya minum diantaranya adalah tidak serta merta orang yang minum itu akan melakukan kejahatan, di buku ini kita bahas apa itu mabuk, juga alkohol dan kesehatan,” tukas Raymond.

Sementara itu pimpinan PT. Jobubu Jarum Minahasa dengan produk CAP Tikus 1978, Audy Lieke, mendukung kegiatan diskusi ini agar masyarakat memahami apa itu minuman beralkohol dan sisi baiknya.

“Melalui diskusi ini banyak hal yang kita bisa dengar dan saya lihat buku budaya minum karya Raymond Menot ini sangat bagus dan bisa jadi referensi dan pesannya bisa online pula, sangat bagus kita memahami tentang budaya Minum melalui buku ini,” kata Audy Lieke.

 

Yuk! baca artikel menarik lainnya dari MANADO NEWS di GOOGLE NEWS
Example 120x600
Berita Terbaru

Manadonews.co.id – DPRD Sulut resmi memutuskan komposisi pimpinan dan anggota Alat Kelengkapan Dewan (AKD) dalam rapat paripurna internal. Sekretaris DPRD Sulut, Niklas Silangen, membacakan susunan AKD, di ruang rapat paripurna,…