Jakarta, Manadonews.co.id – Puncak perayaaan HUT ke-50 PDI Perjuangan (PDIP) di Jakarta International Expo (JIExpo) Kemayoran, Selasa (10/1/2023), berlangsung meriah.
Presiden RI, Ir. Joko Widodo (Jokowi), berkesempatan menyampaikan pidato usai Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri.
Presiden ketujuh RI yang juga kader PDIP ini, mengungkapkan beberapa poin substansial terkait kondisi terkini Indonesia dari sektor ekonomi, industrial, geopolitik, dan sebagainya.
Berikut pidato lengkapnya:
Pertama-tama atas nama pemerintah, masyarakat, bangsa dan negara, saya mengucapkan selamat ulang tahun ke-50 pada Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri dan seluruh kader PDI-P dimanapun berada. Dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai pulau Rote.
Pada usia emas setengah abad 50 tahun, PDIP telah menjadi partai yang matang, karena telah melewati jalan panjang, pahit, getir, dan jatuh bangun untuk mencapai partai yang besar seperti saat ini. Seperti tadi yang sudah diceritakan panjang lebar oleh Ibu Megawati. Partai yang menjadi kekuatan pemersatu bangsa di tengah Kebhinekaan, partai yang konsisten konsisten menjaga empat pilar kebangsaan, NKRI Pancasila, UUD 1945, dan Bhineka Tunggal Ika.
Bu Mega, bapak, ibu yang saya hormati, tahun 2022 kemarin adalah tahun yang sangat sulit. Tahun yang sangat sulit bagi dunia maupun seluruh negara di dunia ini. Tapi kita sepertinya tidak merasakannya. Karena kita memang masih tumbuh posisi yang normal, ekonomi kita.
Tahun kemarin adalah tahun turbulensi ekonomi. Sulit dihitung sulit diprediksi. Tahun ini akan jauh lebih sulit bagi duni. Oleh sebab itu tahun ini betul-betul tahun ujian bagi kita.
Kalau kita ingat tahun 97 dan 98, banyak negara jatuh termasuk Indonesia yang menjadi pasiennya IMF. Tahun ini baru saja tadi pagi saya telpon menteri keuangan. Berapa sih yang jadi pasien IMF? Per hari ini 16 negara menjadi pasien IMF karena ambruk ekonominya. Dan 36 negara sedang antri di depan pintu IMF, karena tidak memiliki kekuatan.
Apa yang akan saya sampaikan, bahwa kita semua harus hati-hati. Kita harus kerja lebih keras lagi. Meski kita tumbuh lebih baik di tahun 2022, tapi hati-hati karena adanya Managing Director IMF Kristalina Georgieva pada tahun 2023. Dimana sepertiga ekonomi akan mengalami resesi.
Untuk negara-negara yang tidak terkena resesi, ratusan juta penduduknya tetap akan merasakan sedang dalam resesi. Oleh sebab itu, saya tidak menakut-nakuti, tapi kita semua harus hati-hati dan waspada. Jangan keliru dalam mengambil kebijakan dan menetapkan policy, yang bisa membawa kita dalam kekeliruan besar.
Sekali lagi, Alhamdulilah Indonesia termasuk yang masih bertahan sampai hari ini. Karena fondasi yang kita bangun, yaitu infrastruktur untuk Indonesia maju dan strategis berikutnya adalah industrialisasi dan hilirisasi. Pentingnya industrialisasi dan hilirisasi, supaya jangan sampai negara kita yang sudah lebih dari 400 tahun sejak masa kompeni VOC, masih saja mengirim bahan-bahan mentah keluar. Sehingga kita tidak mendapat nilai tambah apa-apa.
Oleh sebab itu, beberapa aset besar yang kita miliki, seperti Freeport yang sudah 50 tahun dimiliki McMoran dari Amerika Serikat, telah tiga tahun ini mayoritas kita miliki 51,2 persennya. Apa yang kita inginkan dari pengambilalihan ini adalah industrialisasi.
Jangan sampai tambangnya ada di negara kita di Sapua, sedangkan smelternya, industrinya di Jepang, di Spanyol, kita gak dapat apa-apa. Jangan sampai pajak hanya dapat sedikit, royalti sedikit, deviden sedikit, lapangan kerja juga gak dapat. Inilah yang harus kita balik, bahwa bahan-bahan mentah yang kita miliki, baik tambang pertanian dan perkebunan harus dihilirisasi. Agar kedepannya ada nilai tambah di dalam negeri.
Saya senang karena baru-baru ini saat ke Gresberg di Freeport, 98 persen pekerjanya adalah warga negara Indonesia. Ini yang luar biasa. Kemudian juga di Blok Rokan. Ini juga sudah 97 tahun dikelola Chevron dari amerika serikat, dan sekarang sudah 100 persen kita ambil serta dikelola Pertamina. Ada juga Blok Mahakam, yang setelah 43 tahun dikelola total ENP dari Prancis, sekarang 100 persen dikelola Pertamina.
Apa yang saya lihat di lapangan, seperti Rokan 100 persen, sekarang tenaga kerjanya semua dari Indonesia. Kemarin juga ada tambahan lagi 12.500 pekerja baru disana. karena kita ingin mengebor lebih banyak lagi sumur yang ada, tapi pekerjaan besar kita bukan disitu. Pekerjaan besar yang ingin kita lakukan, adalah bagaimana membangun sistem besar agar yang namanya nikel, bauksit, tembaga, timah, itu betul-betul bisa terintegrasi dan memproduksi barang jadi atau setengah jadi. Dimana ini akan memberikan nilai tambah sebesar-besarnya, utamanya dalam hal lapangan kerja bagi masyarakat kita.
Nikel kita setop tiga tahun lalu, dulu waktu masih mentah kita ekspor nilainya hanya Rp 17 Triliun. Setelah kita stop tiga tahun ini, setahunnya bisa menghasilkan kurang lebih Rp 360 Triliun. Ini baru nikel. Bauksit juga kita telah umumkan pada Desemebr 2022 untuk stop juga. Mulai Juni 2023 akan kita hilirisasi di dalam negeri, kita masih belum tidak tahu lompatannya akan seperti apa, tapi kurang lebih yang sebelumny 20 akan menjadi 60 sampai 70 Triliun.
Ini memang pekerjaan yang tidak mudah. Tambang di Sumbawa, nikel di Sulawesi, Maluku, timah di Belitung, bauksit di Kalimantan Barat, Bintan, pokoknya semua harus terintegrasi. Kita harap nantinya jadi ekosistem bagi kendaraan listrik, yang ke depan dapat memberikan sebuah masa depan yang cerah. Karena seluruh pasar negara-negara membutuhkan mobil listrik ini. Tapi tentu tahapannya masuk ke baterai listrik lebih dulu.
Saya hanya ingin memberikan bayangan, bahwa ekspor nikel dari 17 menjadi 360 triliun itu lompatan yang sangat besar sekali. Tapi apabila sudah menjadi ekosistem baterai dan mobil listrik, ini akan memberikan nilai tambah ratusan kali, bukan hanya puluhan kali. Problemnya sekarang adalah kita sedang digugat Uni Eropa. Nikel kita digugat dan sudah diputuskan kita kalah. Tapi saya sampaikan ke Bu Menteri Luar Negeri agar jangan mundur.
Karena inilah yang akan jadi lompatan besar peradaban negara kita. Saya yakin itu. Terus kita akan banding. Kalau banding kalah, saya gak tau ada upaya apa lagi yang bisa kita lakukan. Tapi itulah sebuah perdagangan yang kadang-kadang menekan sebuah negara, agar mereka ikut aturan yang dibuat negara-negara besar. Sehingga kalau hanya ekspor barang mentah, sampai kiamat kita hanya akan jadi negara berkembang. Tidak akan maju.
Kita semua ingat kebijakan Bung Karno pada tahun 1965 yang menolak ketergantungan pada imperialisme dan memperluas kerja sama sederajat, serta saling menguntungkan. Ia menyampaikan itu supaya kita tidak didikte dan menggantungkan diri ke negara manapun. Inilah yang ingin kita lakukan. Berdikari, berdikari, berdikari.
Oleh sebab itu, walaupun kita ditakuti soal Freeport, tetap kita terus maju. Walau kita kalah di WTO soal nikel, kita tetap terus maju. Justru saat nanti kita akan stop bauksit, pertengahan tahun mungkin, tambah lagi setop tembaga, kita tidak boleh mundur. Kita tidak boleh takut, karena kekayaan alam ada Indonesia adalah milik masyarakatnya.
Kita ingin itu dinikmati oleh rakyat kita. Sehingga waktu KTT ASEAN-UNI Eropa, saya menyampaikan bahwa kemitraan antar negara itu harus setara. Tidak boleh ada pemaksaan, tidak boleh ada negara yang mendikte, tidak boleh negara maju merasa standar mereka lebih bagus dari kita.
Kenapa ini terus saya ulang-ulang? Karena saya ingin Presiden ke depan juga berani melanjutkannya. Tidak gampang ciut nyali, tidak gentar demi kepentingan bangsa, dan demi kepentingan negara. Saya sangat senang sekali ketika Ibu Megawati Soekarnoputri selaku Ketua Umum, menyampaikan bahwa calonnya adalah dari kader sendiri.
Mohon maaf Bu Mega, Bu Mega dalam memutuskan hal ini saya lihat betul-betul sangat hati-hati. Betul-betul tenang dan tidak grasak-grusuk seperti yang lain-lainnya. Didesak-desak dari manapun tidak goyah meski namanya sudah ada di kantongnya Bu Mega. Kita semuanya sabar saja menunggu yang akan nanti beliau sampaikan. Tentu ketika sudah tiba saatnya, saya yakin keputusan itu sudah berdasarkan pada perhitungan dan kalkulasi yang telah dibuat.
Saya rasa itu yang ingin saya sampaikan. Selamat ulang tahun ke-50 PDI Perjuangan. Yang terakhir ini juga soal gagasan Bung Karno terkait pemindahan Ibu Kota Jakarta ke Ibu Kota Nusantara, saya ingin memberikan gambaran sedikit di layar. Terima kasih, Wasalam. Salam Pancasila. Merdeka, merdeka, merdeka.
(***/Jrp)