Tahuna, MANADONEWS.CO.ID – Tak banyak pengusaha muda yang mau mati-matian bahkan mengorbankan seantero hidup mereka untuk membangun sepak bola. Di Indonesia pun bisa di hitung dengan jari. Dan jauh menelusuri Kabupaten Kepulauan Sangihe, daerah ujung Utara Indonesia yang berbatasan dengan Filipina, mengenal salah satu tokoh yang begitu getol memajukan sepak bola.
Adalah Aditya Johanes Seliang atau biasa di sapa AJS. Pengusaha muda berusia 37 tahun ini memulai mencintai sepak bola sejak usia anak-anak. Bahkan ketika 14 tahun lalu melahirkan klub Malahasa FC, yang sekarang menjadi salah satu klub yang begitu di segani di daerah berjuluk Tampungang Lawo ini.
“Saya mendirikan klub sepak bola awalnya Gesit FC kemudian Malahasa FC, karena saya memang bermain bola juga. Saya mencintai sepak bola,” katanya saat di wawancara, Senin (04/11/2024) kemarin.
Di tanya kenapa memilih mendirikan klub sepak bola di bandingkan olahraga lain? Ya, karena dirinya begitu begitu mencintai sepak bola.
“Saya tak bisa di pisahkan dengan sepak bola. Sudah cukup banyak uang yang terkuras dari sepak bola. Mengurus bola ini banyak ruginya daripada untung. Hadiah berapa besar pun tak ada arti. Kalau orang salah-salah mengurus bola pasti tidak kuat,” kata Aditya blak-blakan.
Dia pernah mengalami sebuah peristiwa lucu. Pemain yang di bawah hanya pas-pasan, 12 pemain. Maka Coach Handry Tatengkeng ikut bermain di dalam lapangan.
“Biasanya kalau pemain pas-pasan saya juga ikut bermain. Namun hari itu Coach Handry yang turun dan saya jadi pelatih. Anehnya, saat saya keluar tidak lama dari lapangan, tiba-tiba Coach Handry sudah berada di pinggir lapangan karena kartu merah. Maka yang bermain tinggal 10 orang, tapi tim memang kuat kita bisa menang 3-1, meski sebelumnya sudah ketinggal 0-1,” cerita kakak dari Mario Seliang ini sambal tertawa mengenang peristiwa itu.
Ia menambahkan, Sangihe ini memiliki banyak potensi pemain sepak bola berbakat sehingga dalam dirinya terpatri cita-cita luhur ingin terus mengembangkan bakat anak-anak untuk membawa nama harum Sangihe bahkan Sulut di kancah nasional.
“Semua akan di mulai dengan launching Sekolah Sepak Bola (SSB) dalam waktu dekat. Ini akan menjadi wadah bagi anak-anak Sangihe untuk menjadi pemain potensial,” ujarnya.
Sejak dulu ketika ikut turnamen biasanya akan memakai pemain-pemain top dari luar Sangihe. Bahkan sekelas Patrich Wangkai (eks Timnas Indonesia) pernah bermain di Malahasa FC.
“Tujuannya apa? Agar anak-anak Sangihe bisa belajar bermain bola yang baik. Begitu strategi saya. Tujuh pemain local Sangihe di mainkan dan 4 dari luar Sangihe. Sehingga transfer ilmu bisa di lakukan secara langsung di lapangan,” imbuh pria kelahiran 05 Januari 1987.
(***/RikoTakaonselang)