Manadonews.co.id – Filsuf Rocky Gerung mengatakan bahwa karya sastra merupakan jembatan masa lalu ke masa depan, pindah dari memori pergi ke Holmes (Sherlock Holmes).
Hal ini dijelaskan Rocky Gerung dalam kegiatan peluncuran buku di Toko Buku Gramedia, Jalan Sam Ratulangi Nomor 45 Manado, Sabtu (28/12/2024) siang, kerjasama Yayasan Oensay dan Gramedia.
Adapun buku yang diluncurkan dalam kegiatan bertajuk: Budaya Literasi
Mengubah Cara Pandang Memperbaiki Kehidupan, dari Lokal ke Global, yakni:
1. Sak Karepmu, karya Emmy Yuhassarie Ruru
2. Melampaui Asa Karya Sastra, karya Maria Helena Elisabet Roeroe, mengambil inspirasi dari ‘Perjuangan Kemanusiaan John Ernst Steinbeck’
3. Tiga Dekade Perjalanan Karir, karya Bacelius Ruru
4. Pemaknaan Sastra Mengentaskan Kemiskinan, karya Maria Helena Elisabet Roeroe, Transformasi Novel The Grapes of Wrath
“Jembatan itu adalah sastra. Fisika seperti ilmu sosial, paradigma bertumbuh, konotatif, sementara matematika ilmu denotatif, tidak mungkin berubah, tapi sastra berayun, seperti layang-layang yang putus (orang Manado bilang embang),” kata Rocky Gerung.
Ia menganalogikan bermain baseball bisa diprediksi arah bola, sementara layang-layang yang putus tak bisa diketahui lokasi pasti akan mendarat.
“Kenikmatan pertama, ketika layangan putus, anak-anak akan berebut layangan meskipun (mungkin) tidak dapat,” tukas Rocky Gerung dalam acara yang dimoderatori dr. Dolly R.D Kaunang, SpJP, SpKP.
Karya sastra Maria Helena Elisabet Roeroe atau Oma Lies, lanjut Rocky, punya endapan energi yang mengaitkan peristiwa 1930-an di Amerika Serikat dengan kondisi sosial Indonesia untuk mengentaskan kemiskinan.
“Yang terjadi tahun 1930 (di Amerika) paralel yang kita alami sekarang. Tanah di Oklahoma yang digusur, Steinbeck peduli sistem pembagian tanah,” tutur Rocky.
Menurut Rocky, tanah adalah unsur teologi paling awal. Ia menerangkan sejarah Adam dan Hawa yang diusir dari tanah Firdaus, sementara di Indonesia pemerintah mengusir rakyat yang mendiami tanah.
“Bahlil (Menteri ESDM Bahlil Lahadalia) mengusir penduduk asli di Rempang. Tanah adalah kondisi primer teologi, Adam dibuat dari tanah,” jelas Rocky.
Rocky membayangkan energi feminisme Maria Helena Elisabet Roeroe mengambil risiko secara nekat membandingkan sosial origin novel, yang disebutnya anggur kemarahan. Padahal, anggur membawa kenikmatan bukan kemarahan.
“Saya menduga dengan kuat, dalam benak Oma Lies, ada upaya untuk protes, bukan sekedar inspirasi dari Steinbeck,” tandas narasumber utama chanel politik FNN ini.
Turut hadir Philep Regar, Stefan Voges, Willy Kumurur, Max Ruindungan, drg. Betsy Roeroe, Pdt. Agustien Kaunang, Reiner Ointu, serta akademisi dan budayawan lainnya. (Jerry)