Berita TerbaruBerita UtamaDaerahDesaNusa UtaraPemerintahanPilihan RedaksiSangiheSosialSulawesi Utara

Makam Bataha Santiago Gelap Gulita

×

Makam Bataha Santiago Gelap Gulita

Sebarkan artikel ini
Makam Bataha Santiago
Makam Pahwalan Bataha Santiago

TAHUNA, MANADONEWS.CO.ID – Makam Bataha Santiago yang terletak di Kampung Karatung I Kecamatan Manganitu Kabupaten Sangihe terpantau media ini gelap gulita alias tidak ada penerangan.

Padahal Bataha Santiago adalah salah satu pejuang yang rela mengorbankan jiwa dan raganya untuk daerah ini dengan tidak mau tunduk pada Belanda.

MANTOS MANTOS

Namun menjelang peringatan hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 77 Tahun makam sang pejuang luput dari nuansa Kemerdekaan.

Di kutip dari laman Wikipedia ‘Bataha Santiago’ merupakan salah satu tokoh masyarakat yang berasal dari Sangihe Talaud, Celebes.

Ia merupakan raja ketiga Kerajaan Manganitu yang bernama lengkap Don Jugov (Jogolov) Sint Santiago (Bataha berarti sakti).

Ia lahir di desa Bowongtiwo-Kauhis Manganitu pada Tahun 1622. 

Ia merupakan satu-satunya raja di Kepulauan Sangihe yang keras kepala dan menolak menandatangani perjanjian dagang dengan

VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie) Belanda.

Ia di sekolahkan oleh ayahnya di Universitas Santo Thomas Manila, Filipina pada tahun 1666 (saat itu dia sudah berumur 44 tahun).

Bataha Santiago menyelesaikan kuliahnya empat tahun kemudian.

Sepulangnya dari Filipina, dia lalu di nobatkan sebagai raja di Kerajaan Manganitu dan selama lima tahun ia memegang tampuk kekuasaan.

Lukisan Bataha Santiago

Hubungan dengan VOC

VOC beberapa kali memaksa Santiago untuk menandatangani kontrak panjang (Lange Contract).

Namun ia menolaknya dan mengumumkan perang terhadap VOC. Isi Lange Contract yang di tolak antara lain instruksi untuk melenyapkan

Baca Juga:  Danrem Santiago Ikuti Rapim Kodam XIII/Merdeka Tahun 2025

tanaman cengkih dan semua benda yang dianggap kafir oleh VOC.

Mereka memanfaatkan Sultan Kaitjil Sibori, anak Sultan Mandarsyah, untuk membujuk Santiago supaya menandatangai kontrak.

Namun Santiago tetap tidak mau menandatanganinya. Sultan Kaitjil Sibori pulang ke daerahnya tanpa hasil.

VOC kecewa dan marah dan Santiago pun telah siap dengan segala akibatnya. Kalimatnya yang terkenal yang di sampaikan ketika ia

mengumpulkan para pejabat kerajaan dan semua pihak yang terkait maupun yang akan melibatkan diri melawan VOC

adalah “I kite mendiahi wuntuang ‘u seke, nusa kumbahang katumpaeng.” Kalimat itu berarti kita harus menyiapkan pasukan perang, negeri kita jangan di masuki musuh.

VOC lalu mengutus Sultan Kaitjil Sibori ke Sangihe untuk mempersunting Maimuna, putri raja VI Tabukan, supaya VOC dan sekutunya masuk ke Sangihe.

Pasukan VOC dan pasukan Kerajaan Manganitu yang di pimpin oleh Santiago berperang di laut berhari-hari.

Korban dari keduanya sangat banyak. VOC mundur dan menghentikan perang yang sengit itu karena kerugian yang besar.

VOC kemudian memanfaatkan Sasebohe dan Bawohanggima, sahabat dekat Santiago, agar menyerah namun gagal.

Pertempuran antara VOC dan pasukan Santiago terjadi lagi dan Sasebohe dan Bawohanggima terus membujuk Santiago.

Baca Juga:  Bupati Sitaro Lantik Tiga OPD Baru, Harold Kalangit Jabat Plt. Kepala Dinas Arsip

Tetapi dia berhasil di bawah VOC ke kantornya di Tahuna. Di paksa lagi untuk menandatangani kontrak. Namun, Santiago tetap memegang teguh prinsipnya.

VOC menyiapkan satu tim tembak. Mereka menembak. Tapi tidak ada satu pun peluru berhasil melukai tubuh Santiago.

Mereka takut dan heran, lalu membawa Santiago ke tanjung Tahuna dan menggantungnya.

Sultan Kaitjil Sibori tidak yakin tubuh Santiago yang tak di tembus peluru, tetapi dapat tewas dengan tali.

Di perintahkannya salah seorang anggota pasukannya untuk memenggal kepala Santiago.

Sebelum subuh tiba, adik Santiago yang bernama Sapela, datang mengambil jenasah saudarah tuanya.

Ia hanya bisa membawa kepala Santiago dan menguburkannya di antara akar pepohonan besar, beberapa meter di atas pantai dan menandai tempat itu dengan tumpukan batu di Nento di desa Karatung-Paghul pada 1675.

Kubur kepala Santiago yang di rahasiakan terungkap pada tahun 1950. Sedangkan tubuhnya di duga di kuburkan di tempat ia di hukum mati, di kelurahan Santiago saat ini.

Sebagai wujud penghargaan, di abadikan sebuah patung di Miangas di daerah perbatasan antara Indonesia dan Filipina.

Namanya juga di abadikan sebagai nama markas Kodim 1301/Sangihe dan Korem 131/Santiago di Manado, Sulawesi Utara. (*)

Yuk! baca berita menarik lainnya dari MANADO NEWS di GOOGLE NEWS dan Saluran WHATSAPP
Example 120x600

PG99

PG99

PG99

PG99