Manado, manadonews.co.id — Selama lebih dari satu dekade, publik Indonesia sering kali mendengar istilah “netizen” atau “warganet” yang merujuk pada pengguna internet.
Istilah ini digunakan secara luas oleh media arus utama, tokoh publik, hingga masyarakat umum.
Namun, pernahkah Anda bertanya-tanya, apakah semua netizen benar-benar manusia?
Beberapa ahli digital marketing mengungkap bahwa istilah netizen sebenarnya adalah produk dari para internet marketer, yaitu pelaku pemasaran digital yang memanfaatkan akun-akun media sosial palsu atau bot untuk meningkatkan interaksi di platform online.
Akun-akun tersebut sering kali terlihat seperti manusia biasa, menggunakan nama-nama yang terdengar alami dan foto profil yang diambil dari penduduk Thailand, Filipina, atau negara lain yang memiliki rupa mirip dengan orang Indonesia.
Dengan menggunakan berbagai trik canggih, para internet marketer ini membuat akun-akun “ternak” untuk mendulang interaksi seperti komentar, like, subscribe, dan share. Interaksi tersebut bukan hanya bertujuan meningkatkan popularitas sebuah postingan atau akun, tetapi juga untuk memanipulasi algoritma platform media sosial.
Ketika algoritma melihat lonjakan interaksi, konten tersebut lebih mungkin muncul di beranda atau rekomendasi pengguna asli.
Menurut riset jurnal JMIR, aktivitas bot media sosial meningkat pasca covid-19. Para internet marketer saat ini semakin efektif dalam menggunakan teknologi, bahkan memanfaatkan kecerdasan buatan (AI).
Dengan hanya satu atau dua operator, mereka bisa mengendalikan ratusan hingga ribuan akun palsu untuk menciptakan ilusi interaksi organik di media sosial.
Tujuannya jelas, meningkatkan eksposur dan popularitas produk, layanan, atau bahkan figur publik tanpa harus beriklan secara langsung.
Akibatnya, banyak pengguna media sosial yang terjebak dalam interaksi palsu dan mungkin tak sadar bahwa mereka sedang dipengaruhi oleh akun-akun tidak asli.
Di era digital saat ini, semakin mudah menciptakan opini publik dan mengarahkan persepsi melalui manipulasi media sosial.
Bagi pengguna yang menghabiskan sebagian besar waktunya di dunia maya, penting untuk lebih kritis terhadap konten yang mereka konsumsi, karena tidak semua netizen benar-benar manusia.